Salah satu momok besar bagi fotografer pemula adalah bagaimana membuat
foto yang berkualitas tinggi di kondisi cahaya yang gelap seperti di
dalam ruangan atau di malam hari.
Seperti kita tahu, biasanya
foto indoor/malam hari cenderung buruk dan tidak tajam karena munculnya
noise/titik-titik pada foto.
Noise timbul karena setting ISO
tinggi. Di kamera DSLR atau compact, jika menggunakan ISO lebih tinggi
dari 800, noise akan mulai muncul dan mengurangi kualitas gambar. Jika
ISO diset rendah, akibatnya foto gelap atau blur akibat getaran tangan
kita sendiri.
Untuk Objek Tidak BergerakCara
tradisional yang paling ampuh terutama untuk memotret objek yang tidak
bergerak, adalah dengan tripod. Dengan mendudukkan kamera diatas tripod,
kita bisa mengunakan shutter speed rendah dan ISO rendah. Akibatnya,
kualitas foto jauh lebih baik.
Cara lain yang tidak seampuh
tripod, tapi lumayan baik adalah mengunakan lensa atau kamera yang
memiliki stabilizer (kodenya biasanya IS, VR, VC, OS, OIS, SS, dll).
Dengan stabilizer, kita dapat mengunakan shutter speed yang agak lambat untuk mengumpulkan cahaya lebih banyak tanpa menyebabkan foto blur.
Getaran tangan kita saat membuat gambar diredam oleh mekanisme
stabilizer. Mekanisme ini seperti mini tripod. Namun ada keterbatasan
dari sistem stabilizer ini, yaitu tidak bisa menstabilkan kamera selama
tripod.
Setiap stabilizer berbeda-beda antara kamera dan lensa,
ada baiknya mencoba sendiri efektivitas dari sistem ini. Contohnya,
dengan lensa Nikkor 16-35mm f/4 VR, saya mampu membuat foto yang tajam
dengan shutter speed sampai dengan 1/8 detik, dan kalau Canon 100mm
f/2.8 IS L Macro, saya dapat mengunakan shutter speed 1/30 detik.
Cobalah
mengunakan shutter speed lambat, dan temukan shutter speed yang paling
minimum dimana foto yang dihasilkan tetap tajam. Jangan percaya gambar
yang di monitor kamera, tapi periksalah di layar monitor komputer/laptop
dan diperbesar (zoom 100%).
Objek BergerakTripod
dan stabilizer memang akan sangat membantu dalam pemotretan di kondisi
cahaya yang kurang baik, tapi jika kita memotret objek yang bergerak
tripod tidak berdaya, karena kita mengandalkan shutter speed lambat saat
memakai tripod. Shutter speed lambat tidak bisa membekukan gerakan
objek yang bergerak.
Untuk mengakali kondisi tersebut, kita dapat
mengunakan lensa bukaan besar. Bukaan lensa yang besar mengumpulkan
lebih banyak cahaya daripada lensa dengan bukaan sedang atau kecil.
Contoh lensa berbukaan besar yaitu Nikkor 35mm f/1.8, Canon 50mm f/1.4, Sigma 18-35mm f/1.8, Tamron 24-70mm
f/2.8 VC dan lain lain, semakin kecil angka yang mengikuti 'f', semakin besar bukaannya.
Taktik lain yang bisa digunakan yaitu mengunakan kamera DSLR bersensor
full frame yang permukaannya sekitar 50% lebih besar. Permukaan yang
lebih besar mampu menyerap lebih banyak cahaya lingkungan sehingga
kualitas foto tidak terlalu jelek di ISO tinggi.
Menurut pengalaman saya, kualitas foto di ISO 4000, setara dengan ISO 1600 di kamera DSLR biasa yang bersensor APS-C.
Satu
taktik lagi yang bisa kita gunakan adalah dengan memanfaatkan
flash/lampu kilat. Flash tidak bisa menjangkau daerah yang terlalu jauh
atau luas seperti bukit/gunung yang jauh, tapi sangat efektif untuk
menerangi objek yang dekat dengan kita seperti tanaman, manusia, flora
dan fauna.
Dengan mendapatkan cahaya tambahan flash, gambar yang
dihasilkan lebih jelas dan tajam. ISO pun tidak perlu diset tinggi. Di
dalam ruangan yang memiliki langit-langit berwarna putih dan tidak
terlalu tinggi, flash (external/speedlite) dapat diarahkan ke
langit-langit untuk menghasilkan cahaya yang lembut ke objek.
Pada intinya:
1. ISO tinggi dan shutter speed lambat adalah cara kamera untuk
membuat gambar di kondisi cahaya gelap, sebagai akibatnya foto tidak
tajam dan jernih.
2. Supaya hasil gambar tajam dan jernih, untuk
objek tidak bergerak kita gunakan tripod atau stabilizer. Untuk objek
bergerak, lensa bukaan besar dan flash kita gunakan.
3. Kesemuanya bertujuan agar kita dapat mengunakan ISO rendah.
Ket foto:
ISO 100, f/16, 8 detik. Mengunakan tripod memungkinkan saya untuk
mengunakan setting 8 detik untuk mengumpulkan cahaya saat menjelang
malam, dan tetap mempertahankan ketajamanan dan kejernihan foto.
Sebagai
tambahan, shutter speed yang relatif lambat juga merekam gerakan air
menjadikan air yang mengalir mulus seperti kabut. Sumber cahaya lampu
yang berbentuk bintang timbul karena penggunaan bukaan yang kecil
(f/16).